Thursday 25 July 2013

Menuju BPPT Serpong

Wih... ga semua blog sama dengan apa yang kamu alami... Kebiasaan kalau jalan ke suatu tempat yang baru aku jalan-jalan di blog orang lain dulu. Searching tempat, situasi, transportasi sekalian ongkos, dan sebagainya dan lain lainnya deh.

Nah tujuan kali ini SERPONG!!!... Alkisah seorang mahasiswa S2, sedang berjuang menyelesaikan penelitiannya demi ijazah Master Biomed, menjemput sel PC3 ke LAPTIAB BPPT Serpong.

Baca-baca beberapa blog. Pada negatif semua. Searching tentang transportasi ke serpong, naik kereta, naik kopaja, ojek, tanah abang, serpong, rawabuntu. Sesuatu banget. ampe sesak nafas baca tuh blog. Mana perginya sendirian. Tiba-tiba rasa takut menjalar begitu besar. Persiapan pengetahuan tentang trasportasi ke Serpong sudah dimulai H-3.

Info yang di dapat:
1. Tanah abang banyak copet
2. Tanah abang rame sesak
3. Naik kereta berdesak-desakan
4. Stasiun yang terlewat
5. Arrrgghh dan segala macam pengalaman pengalaman yang membutuhkan tenaga ekstra untuk melawannya.

H-2 masih jedag jedug... H-1 agak tenangan.. Karena sudah mempersiapkan metal baja, mental kuat, mental tahan banting... Persiapan ekstra, apapun yang terjadi, Allah selalu bersamaku, kemungkinan terburuk...
1. keinjek --> kalau terlalu lamban dan tidak bisa mempertahankan diri dari arus 'manusia'
2. di bawa muter2 oleh tukang ojek --> diculik --> di... aaaaarrrggghhh *negatif negatif..

haha ternyata H-1 pun dengan segala persiapan perang tidak membuat terlalu begitu tenang.

Senin, 22 Juli 2013. Aku memulainya dengan 'buru-buru'. Sejak semalam si pembimbing sudah sms panjang lebar tata cara ke bppt. Persiapan dan rencana awal pun sudah matang, Tapi, setelah sahur, aku ketiduran. TASINTAK, dibangunin sama pembimbing lewat nyaringnya bunyi handphoneku jam 6 pagi.. Buru-buru mandi, buru buru pasang baju, pasang jilbab... set set set... Akhirnya jam 7 lewat berangkat dari kosan. jalan buru-buru menuju menara salemba, naik angkot 01 sampai matraman, nyebrang di jembatan penyebrangan, celingak celinguk, kopajanya pada lewat di tengah, ga minggir, jadi mulailah memberanikan diri berdiri agak ke tengah jalan raya di tengah ramainya kendaraan Jakarta yang antri karena lampu merah. Kopaja datang, berlari dan berusaha naik ke kopaja yang masih jalan.. HEBAT!!! aku berdiri 3/4 perjalanan. Hampir nyampai tanah abang, baru bisa duduk. Dan hati jedag jedug lagi, takut ketinggalan kereta. Fiuuuuh...

Nyampe tanah abang... RAME!!! yang bikin terkesan padat banget itu adalah menuju loketnya yang terletak di lantai atas, kita harus menaiki tangga yang berukuran kecil untuk khalayak rame seperti itu. Makanya sesak banget. Naik tangganya dempet-dempetan euy...

Beli tiket, buru-buru.. di peron 5-6 tanya pak satpam, dan taraaaa,, keretanya sudah standby, dan mau berangkat.. Nyaris ketinggalan kereta. Hosh.. capek juga. Untungnya perginya cuma seniri, jadi menyelamatkan diri sendiri. nyelip nyelip di keramaian menyelamatkan diri sendiri.. hehe :p

Pembimbingku ternyata bawel juga.. hehe.. Sms terus. Dan 35 menit kemudian, nyampe rawa buntu. Turun kereta tepat di gerbong tempatku turun, dosenku sudah nungguin bawa payung gede, celingak celinguk. hehe dan akhirnya aku menyapa beliau... Dan kita ke Bppt dengan mobil beliau dengan d antar oleh supir yang bernama "Jai" --> urang awak juo kironyo... 

Persiapan mental baja, mental batu, mental kuat tadi ga kepake.. Ga sesulit yang kubayangkan ternyata pergi menuju ke BPPT-nya. Rencana awal aku ke BPPT sendirian, ga kebayang naik ojek sendirian dengan kondisi hujan deras begitu. Alhamdulillah perjalanan dipermudah. Aku dijemput di stasiun. 

Sesampainya di BPPT, nunggu 'person' yang bersangkutan lama banget... Diajakin lihat sel ke lab kultur selnya. Selnya alhamdulillah bagus, dan yang mengejutkan lagi itu adalah.. si 'laboran'nya kerjanya pake feeling aja.. wiiiiih... Bahasanya "kirologi" euy... Nanya-nanya dan lumayan cerewet, pembimbingku sepertinya merasa 'aneh' dengan kecerewetanku itu, soalnya kalau dalam keseharian, ngobrol-ngobrol tentang keseharian tidak begitu cerewet seperti itu.. hehe :p

Ok next, di lab kultur selesai sudah semua yang harus diurus, dan pulangnya, aku diantar lagi ke stasiun, tapi sebelumnya, si pembimbing malah ngajakin aku muter-muter serpong, BSD city, wiiish... KEREEEN!!! kawasan serpong, tangerang selatan BSD City itu ternyata indah banget... "Kota glamour yang sederhana".. Aku menyebutnya begitu. Gedung-gedungnya "kota banget".. tapi jalanannya masih asri, luas lapang ga kayak Jakarta yang 'sumpek'... Hahay, ga sia-sia perjuangan ke Serpong-nya nih. Ada kado berupa "jalan-jalan dan cuci mata" dari si pembimbing. Terima kasih banyak bu.. THX MUCH GOD... ^_^ ^_^

Sesampai di stasiun, tiketnya di beliin pembimbing.. E alaaah.. aku kan jadi enak.. hehehe... dan pulang dengan langkah ringan menuju tanah abang. Karena di rawabuntu stasiunnya tidak begitu rame dan lumayan tenang dan nyaman. Sesampainya di tanah abang, jalan sedikit menuju kopaja 502, dan taraaaa... tidak lama kemudian, nyampe lagi deh di Salemba.

Haha... Persiapan mental yang berlebihan lah yang membuatku kecapek-an sesampai di kosan.. kekekek :p

Rabunya, 24 Juli 2013, kita jemput sel ke BPPT. Kali ini aku tidak sendiri. Bersama rekan satu penelitian. Dan rutenya ruwet... Aku ngikut aja, secara aku bawa ibu-ibu, dan mungkin dia tidak nyaman kalau harus aku ajak naik kopaja. Beliau mengusulkan nak kereta dari Manggarai. 

Ke Manggarainya seharusnya ada bemo dekat RSCM, tapi lamaaa banget, alhasil naik bajaj (tuh kan, klo perginya berdua ribet.. hehe :p). Tapi untungnya ongkosnya si ibu yang bayar... walau sempat basa-basi ga jelas dulu.. ckckck. Sesampai di Manggarai, beli tiket ke Rawa Buntu cuma Rp 3000,- euy... Kereta sekarang harganya sudah murah... Harga dihitung per-stasiun yang dituju. 

Naik kereta di Manggarai ke tanah abang, berdiri (pasukan kereta rame). Sesampai tanah abang, naik dan turun tangga lagi menuju peron 5-6. Perjalananku ditemani hati yang tenang, tapi repot.. Hahay, karena rutenya mengkondisikan biar si ibu nya nyaman selama perjalanan.. hew hew.. Segera naik kereta serpong yang sudah standby, dan kembali pembimbingku mulai dengan serangan sms beliau, padahal aku sudah "Semen Padang". 

Selama perjalanan tidak begitu banyak hal yang dibicarakan, si ibu sibuk melihat kiri kanan, melihat kawasan kumuh Jakarta... Dan alhamdulillah cuaca cerah hari itu. Jadinya pemandangannya jelas banget.. 

Nyampe di stasiun rawa buntu kita dijemput lagi sama si mas jai nya, dan melaju menuju rumahnya pembimbingku.. Aku ceritanya mau minta tanda tangan, tapi si ibu mendadak sakit, alhasil aku disuruh bawa berkas ke rumah beliau. Baik banget ya.. Dan beliau adalah sosok yang tidak menyepelekan hal-hal sepele. Perfectsionist!!! Proud to be her student... 

Rumah pembimbingku berada di kawasan perumah Griyaloka.. Bagus, nyaman, tenang... dan ADEEEEEEEEEM... ehehhehe.. hilang deh stres mumet Jakarta nyampe rumah beliau. Minta ttd, ngobrol2 sebentar, dan kita caw lagi ke BPPT nya... Perjalanan kali ini, mas Jai-nya lebih aktif berbicara dengan suara lembutnya. rekan penelitian ku pun, ga berhenti untuk beramah tamah... Tidak terlalu 'diam' perjalanan kali ini. 

Nyampe BPPT, nunggu lagi.. lamaaaa banget... 

sekitar jam setengah 12, baru selesai deh urusan kita jemput selnya. Bawa SEL kayak bawa ANAK!!! Dipangku, dijagain biar ga goyang-goyang.. weh weh weh... 

Dari BPPT, kita menuju stasiun langsung diantar oleh mas Jai again. Sebelum berangkat, di LAPTIAB, kita ketemu mahasiswi 2008 Biologi UI. Perempuan muda yang sedang hamil. Dari BPPT menuju gerbang luar transportasinya emang agak susah. Kawasannya memang kawasan khusus bagi karyawan di sana, Kalau ga punya kendaraan pribadi, agak susah juga keluar masuk kawasan ini. si mahasiswa tadi seperti bingung mencari transportasi, alhasil kita beri tumpangan sampai depan. 

Nyampai rawabuntu dengan selamat dan santai, nunggu kedatangan kereta selama setengah jam, dan berhenti di tanah abang, turun naik tangga lagi, nunggu lagi sekitar 15 menit, naik kereta ke Manggarai, rebutan!!! Dan disini lah aku bertugas sebagai ibu yang menjaga "anak"nya.. alias jagain tuh sel biar ga kesenggol2 sama penumpang lain. wedeeeeh...

nyampai manggarai, kita naik bemo, lari2an tuh ngejar bemo, plus sambil bawa sel dan ransel yang mulai terasa berat.. huiks... Bemo panas, berisik, sempit (secara kakiku panjang), tapi yasudahlah, nikmati perjalanan ini. Nyampe RSCM, buru-buru lagi ke bio nya. Dan menyelamatkan "anak" biar dia tumbuh dengan baik.

Fiuuuuh... perjalanan yang buru-buru emang.. dan aku ngeblog juga buru-buru.. mengejar waktu. Sudah setengah 8, aku harus ke kampus.. belum mandi.. wiiiiiiiiiiii.. udah dulu ya.. daaah... 

*ending ga banget.. :p

Wednesday 10 July 2013

Dieng... :) :)

Setiap perjalananku mempunyai ceritanya masing-masing... Kali ini berangkat dengan rekan satu penelitian dan temannya. Tujuan perjalanan yang super mendadak ini adalah DIENG. Awalnya dikarenakan karena si rekan ku mengeluhkan batalnya acara jalan-jalannya dengan teman-temannya ke Pangandaran. Dan akhirnya sambil menunggu antrian penggunaan laboratorium, kita searching-searching tempat wisata yang murah dan menarik. Satu dua tempat mempunyai kekurangannya masing-masing.. Dan sudah detik-detik terakhir, rekanku teringat satu tempat.. DIENG!!!

Searching, loading, baca-baca ing.. *eh.. ahehehehe :p

MENARIK!!! Sepertinya akan seru, karena ada trackingnya juga... Tujuan awalnya yang sangat membuat excited itu adalah Sunrise-nya, karena setiap kali para bloger berbicang-bincang, yang terkenal di Dieng adalah Sunrise-nya... Hahay, jadi keingat waktu kita balik dari goa... (nama goa nya lupa..), di salah satu pohon, pengunjung menuliskan kata sunrise dengan tulisan "SANRIZE". Ngakak abis liat tuh tulisan... :D

Terlalu bersemangat, aku searching-searching semua info ke Dieng, dari transportasinya, ongkosnya berapa, apa saja yang ada di sana, dan lain sebagainya. Setelah beberapa info dibaca-baca, aku laporan sama rekanku. Hahay, saking bersemangatnya aku sampai menulisnya di kertas.. :D (foto 3 buah kertas)

 


Kemudian, si rekan mengingatkan, ajak teman yang lain. Ajak sana ajak sini, "ga libur, capek, lagi ga enak badan, ga bisa mendadak" dan alasan-alasan lainnya yang ku dapatkan. Dan alhamdulillah, temannya si rekan ngikut, walau pun sempat 'baling-baling bambu'...

Lanjutkan cari info, ternyata nggak ada keberangkatan bis dari Jakarta ke Wonosobo pada pagi atau siang hari. Dan ditetapkanlah kita berangkatnya sore. Naik busway dari Salemba UI menuju terminal Lebak Bulus. Satu hal yang menjadi pelajaran. Kalau mau jalan-jalan, prediksi 'kesulitan' itu harus diperhitungkan. Contohnya saja kemacetan yang melanda perjalanan kami. Busway menuju Harmoni sih lancar. Harmoni menuju Lebak Bulus-nya, widiiiiih... Muaceeet, ngantriii, puanjaaaang... Akhirnya kita memutuskan untuk naik busway yang tujuan grogol, nah dari Grogol baru ngambil tujuan Lebak Bulus. Nyampe Grogol, SAMA SAJA!!! Antriannya panjang.. dan GA GERAK!!! hadeeeh... Sambil ngantri di antrian yang macet parah, ngobrol-ngobrol cari alternatif lain. Si teman rekanku mengusulkan naik kopaja dari Grogol menuju Lebak Bulus. Untungnya si teman rekanku ini ngikut, karena dia punya alternatif alternatif buat mempersingkat perjalanan. Sepertinya sudah berpengalaman jalan-jalan di Jakarta, dan sudah sangat tahu tentang ruwetnya rute Jakarta. Next, naik kopaja dari shelter Grogol, kopaja baru niiih.. bayarnya Rp 2.500,- sampai Lebak Bulus.  Sesampai di Lebak Bulus, masuk terminalnya, dan eng ing eng... ditagih bayar masuk terminal sama SATPAMnya... Menurut info dari si teman rekan siiih, (ah ribet bahasanya.. teman rekan = panggil saja T dan rekanku = panggil saja R), lanjut.. menurut si T, setiap terminal di Jakarta emang masuknya bayar kok... he??? gitu ya??? ada ada saja... +,+

Lagi-lagi bersyukur dengan keikutsertaan si T, dia gesit banget, langsung nyari loket Malino Putra nomor 35. Set sEt seT.. bayar tiket bis menuju Wonosobo Rp. 100.000,-. Sehabis bayar tiket, kita shalat dulu di terminal. dan tak berapa lama kemudian, dipanggil untuk naik bis kecil. ternyata eh ternyata lagi niiih, di Lebak Bulus itu cuma cabang dari Malino Putra. Pusatnya itu di PULO GADUNG!!! et dah.. dari ujung ke ujung, tau gitu kan langsung naik di Pulo Gadung aja. Atau, katanya si T lagi nih, di Depok juga ada, dan seandainya kita naiknya di Depok, mungkin perjalanan ke Depok itu tidak akan seruwet perjalanan ke Lebak Bulus. Buset dah... Sudahlah... Pelajaran untuk yang akan datang.. hehe :p

Nyampe di pusatnya bis Malino Putra pun kita tak langsung berangkat. Di karenakan mungkin kondisi Jakarta yang jalur lalu lintasnya rame banget, akhirnya kita baru berangkat sekitar jam 8 malam. Selama perjalanan ada beberapa hal yang menarik. Contohnya, kita membandingkan dua bus di samping kita. Depan bis ekonomi, belakangnya bis executive. Hal yang sangat kontras sekali perbandingannya... Ngakak juga saat si R membandingkan dua hal ini... ^_^ ^_^

Bis ini 'mengalami' istirahat di salah satu tempat makan. kalau naik Malino Putra, kita dapat kupon makan. Makan tengah malam??? sebenarnya sih nggak masalah, (akhirnya kata 'tapi' nongol), tapi menunya.. telur, mie, dan nasinya katanya sih nasi biasa tapi rasa nasi uduk... Alhamdulillah syukuri apa yang ada... hoho.. :p
Si R kalap ngambil makanan, dan akhirnya ga habis. Kirain dia, cuma dia yang nyisain begitu banyak makanan, ternyata ada yang malah, setelah di ambil, disuap satu atau dua sendok, langsung di tinggal.. hahay...

Di kawasan tempat peristirahatan tersebut, ada lahan yang luaaass banget.. entah itu sawah atau tambak, atau apa... kita malah tebak-tebakan. Dan yang pastinya opi rasa itu bukan DANAU (si R nih yang bilang, mana ada danau kayak gitu R... hahay.. :D)

Lanjutkan perjalanan, diisi dengan gurauan2 kecil dan TIDUR.. hehehe.. gelap plus malam... dan perjalanan kita menjadi sebuah perjalanan yang begitu lamaaaaaa... targetnya subuh kita udah nyampe di Wonosobo, eh karena macet dan ga tau kenapa begitu lambat bus melaju, akhirnya kita nyampe Wonosobo udah sekitar jam 10-an. Ketika udah hampir nyampe, di saat aku dan R ngobrol-ngobrol kecil, si T ternyata udah memulai kegesitannya kembali. Ternyata dia pindah tempat duduk ke depan, dan dapat satu kenalan, bapak-bapak. T nanya-nanya, dan akhirnya turun bareng si bapak, dan naik angkot menuju pemberhentian bis kecil menuju Dieng. Ongkosnya cukup Rp. 2500,- saja (sebenarnya sih pas searching ongkosnya Rp 2000,- tapi BBM kan naik lagi, jadinya ongkos naik Rp 500,-). Naik bis, hm.. bisnya seukuran kopaja, menuju Dieng. Sebenarnya nih ya, nih bis langsung menuju Dieng dan ongkosnya kata si kenek angkotnya Rp 10.000,- sampai Dieng. tapi dikarenakan (*lagi) ada perbaikan jalan antara Wonosobo dan Dieng, jadinya kita di antar sampai jembatan yang sedang rusak, dan ongkosnya tidak nyampe Rp 10.000,- (ga ingat kembaliannya berapa, soalnya yang bayar ongkos si T). Selama di bis, aku di utus untuk berbincang-bincang dengan seorang bapak-bapak. Penduduk di sana pada ramah-ramah. Dan kondisi di sana benar-benar masih 'desa' banget...

Sesampainya di jembatan, kita musti jalan beberapa meter. Di sini baru terasa udara 'real' dari Dieng... Dingin!!! Mungkin karena kita pake jaket kali ya, jadi dinginnya ga begitu ke badan, cuma menusuk ke hidung, saking dinginnya. Dan di ujung jembatan, kita naik bis lagi. Menyebalkannya adalah... bis ini akan jalan setelah "penuh sesak"... Ampun dah... lamaaa banget.. Ada setengah jam-an kita nunggu tuh bis bakalan jalan. keneknya juga pada parah banget... "pamberang euy".. hew hew...

Next, nyampe di Dieng di pertigaan bu Djono. Suegeeerrr.. udaranya suegeeerrr plus dingiiin.. hahay.. Kita mampir dulu ke mesjid terdekat. Taraaaa.. airnyaaaaaa... Brrrr... berasa ES!!! Dingin buangeeet!!! Keingat waktu nyentuh air di Kebun Raya Cibodas waktu magang dulu.. Airnya juga dingin, tapi lebih dingin yang di Dieng... Hosh... :o

Setelah shalat (shalat subuh apaan nih??? +,+), kita beranjak untuk mengisi perut. Cari Mie Onklok doong... Ketemu warung di depan 'Bu Djono'. Wuenak bro... alhamdulillah.. tapi sayang kolnya kebanyakan.. hehe. secara opi ga suka kol... :p

Nah di warung ini, kita dapat nomornya Pak Sugi (081226928216). Pak Sugi-nya juga ga kalah ramah. Sepertinya sudah terlatih menjadi guide dan menyewakan motornya. Setelah makan mi onklok, kita tawar menawar harga dengan Pak Sugi (T mulai gesit lagi.. :p), Rp. 70.000,- per orang, dua motor, aku boncengan dengan anaknya Pak Sugi (namanya Ratna) dan motor yang satu lagi di bawa oleh T dan R boncengan dengan T. Sebenarnya harga segitu menurut blog yang dibaca-baca sebelumnya, itu udah keliling-keliling Dieng 1, dieng 2 dan dieng 3. Dan lagi, karena BBM naik, jadi mungkin harganya tetap sama, tapi rutenya menjadi lebih sedikit. Karena kita nyampai di Dieng udah agak siangan, so kita ga bisa menikmati rute ke bukit Sikunir. Opi udah coba rayu Ratna buat bawa bawa kita ke bukit Sikunir walau ga bisa lihat sunrise sekalipun, tapi Ratna bilang, jalan kesana jelek. Yaah.. ga jadi merasakan track yang benar-benar real mendaki. Ya sudahlah...

Setelah bayar Mie Onklok-nya Rp 8000,- (sudah komplit dengan teh manis hangat), kita mulai perjalanan. Tempat pertama yang kita kunjungi adalah Telaga Warna. Mungkin Ratna tahu apa yang opi maksud dengan perjalanan ini, jadi dia mengarahkan untuk mendaki, melihat Telaga Warna dari atas bukit. Bukitnya sepi. Kita mendaki... :D 

Telaga Warna dari atas bukit ^_^ ^_^

After menikmati dan mengambil beberapa foto, kita kembali turun ke bawah, dan langsung menuju ke telaga warna-nya. Sejarahnya nih, telaga warna ini punya banyak warna. Kata Ratna, dulu telaga ini sempat memiliki warna biru. Dan sekarang yang terlihat cuma warna hijau dan kuning di tengahnya. Objek wisata yang satu ini menarik. Pemandangannya seger banget. Tapi karena banyak pengunjung, jadi tidak bisa menikmati alam dengan leluasa. T dan R sibuk foto-foto. Mungkin karena sudah jenuh dengan foto-foto, dan  kebetulan kamera X-peria ray nggak bisa hidup (karena udaranya dingin, si SE butuh kehangatan, ga bisa hidup deh :p), aku memilih untuk duduk dan menghirup udara Dieng yang walau menusuk hidung, ini memang udara yang sangat luar biasa. bahkan udara ini lebih dingin daripada di kampungku.. GREAT AIR!!! :) :)

Melanjutkan perjalanan, menuju kawah. Wiiih.. bau sulfurnya... Ampun... sayang banget di kawasan yang sebenarnya berudara asri dan seger, di tambahi bumbu bau-bau-an dari sulfur. Woooeeeek... Back back back.. hanya betah beberapa menit di kawah dekat telaga warna tersebut. kembali ke telaga warna dan belok kiri, menuju Goa... 

Banyak banget Goa-nya, sampai ga hafal namanya satu persatu. Tapi di sini agak mistis gitu deh kayaknya. Goa-goa tersebut digunakan masyarakat setempat untuk bertapa. malah di beberapa goa aku lihat masih ada 'dupa' yang masih 'segar', kayak baru saja selesai digunakan. Ada juga goa untuk pengantin. Ga tau fungsinya apaan, udah males aja lihat hal-hal demikian. Dan lagi-lagi di goa, hanya sebentar.

Selesai di objek wisata yang satu ini, kita shalat, wiiiirrrrrrrr.. airnya dingiiin bangeeeet... Shalat zuhur sekalian ashar. Setelah shalat, naik lagi ke atas ke gerbang tempat kita masuk telaga warna. Cuapeee.. hahahaha... Tangganya banyak banget, plus tinggi, menjulang... Panek deeh... Tapi lumayan seru juga.. :D

Hosh Hosh Hosh.. Panek.. :p


Ok, next object... Menuju kawah.. aiiissshh.. namanya ga ada yang kerekam di otakku. Kayaknya bakalan kapok menuju kawah-kawah yang penuh sulfur. Baunyaaa.. Ga nahan banget.. Pengen muntah.. Isssshhh... hahay... Cukup sekali deh... hahaha.. walau pun bau, tetap sempat-sempatin berfoto-foto ria doong... Secara untuk pertama kalinya (dan mudah-mudahan ini yang terakhir kalinya) aku menuju kawah bersulfur bau.. hehe :p

Perkenalkan ini R dan T.. fotonya kayak anak hilang.. xixixi :p

Mengunjungi kawah bau sulfur dan rame pengunjung ini, lagi-lagi membuatku ingin segera balik. ga betah lama-lama. Kita turun, dan menemukan sejenis pasar oleh-oleh. ga ada yang begitu menarik oleh-olehnya. Oya, di perjalanan turun, ketemu rakyat sekitar yang lagi usaha. usaha foto, dengan menggunakan kostum sebagai objek foto, ada juga yang menyewakan kuda kecil untuk foto bareng dan ada juga yang usaha menjual batu-batu, mmm kayaknya batu sulfur,, katanya bisa jadi obat gitu. Nah, di pasar oleh-oleh, ketemu yang lebih unik lagi. CABE!!! hahay, sempat tertawa dan bertanya-tanya dalam hati. Cabe kok di jadiin oleh-oleh.. Mana cabenya pada gede-gede... hahaha... Oya, di pasar oleh-oleh ini, si T dan R, nyobain minum Purwaceng. Nah, jadi, purwaceng itu sejenis tumbuh-tumbuhan yang di seduh kayak teh... Katanya si T, rasanya kayak susu. Pengen sih ikut nyobain, tapi karena dia bilang rasa susu, et dah.. ga deh.. hahaha.. mana harganya juga segelas kecil Rp. 10.000,-. R masih kelaparan saja sepertinya. Tuh anak makannya banyak ternyata.. xixixi... Dan mungkin karena dia udah 'pup' juga sebelum melakukan perjalanan, makanya nambah laper aja tuh perut. Dia nyobain kentang ala Dieng. Dieng juga terkenal dengan kentang-nya... 1 kotak kentang harganya Rp. 5000,- saja. kentangnya gede-gede dan kayaknya empuk banget. (kenapa 'kayaknya'??? soalnya aku ga nyobain,, perut masih mules, nahan pup.. kekekekek :p)

Lanjut bawa motor ke Candi Arjuna. Nah, klo objek wisata yang ini aku hafal banget, soalnya selalu di hebohkan dalam beberapa blog yang aku baca. Yaaah.. lagi-lagi candi candi itu tidak begitu menarik perhatianku. Alhasil setelah lihat sana sini, dan sudah mulai tidak tertarik, aku memilih untuk duduk dekat Ratna yang selalu sibuk dengan handphone-nya. Duduk sesantai mungkin dan mulai menikmati udara dan pemandangan gunung yang hijau mengelilingi candi candi tersebut. Karena Xperia-nya ga bisa hidup, jadi aku berusaha menikmati setiap detail pemandangan dan udara Dieng. Terkadang jalan-jalan itu adalah sesuatu yang benar-benar menikmati suasana-nya, bukan hanya sekedar berburu foto, karena mata dan organ tubuh yang diberikanNYA lebih bisa merekam dengan indah pemandangan-pemandangan indah tersebut.. SUBHANALLAH...
Komplek Candi Arjuna.. Bukitnya terlihat cantik-cantik di sini.. ^_^ ^_^


Sambil menikmati udara, aku bercerita dan sedikit banyak bertanya-tanya kepada Ratna. Masyarakat Dieng kebanyakan menjadi petani, dan di sana ada dua agama dominan, Islam dan Hindu. Di candi tersebut pun, walaupun aku tidak sempat untuk mengintip apa sebenarnya isi dalam candi tersebut, Ratna menggambarkannya untukku. Di dalam candi itu ada sebuah meja untuk meletakkan sajen. Sempat ga connect sih saat Ratna menjelaskan tentang 'meja'. Soalnya Ratna bahasanya medok banget.. hehe.. jadi ketika menyebutkan 'meja', jadi terkesan 'meca'.. Bingung dong.. apa itu meca?? hehehe :p

Ternyata lumayan banyak yang dapat dikunjungi di objek wisata Dieng ini. Padahal ini baru Dieng 1, belum Dieng 2 dan Dieng 3. Kita kebut lagi motor, berusaha menjelajahi sebanyak mungkin tempat wisatanya dengan waktu yang singkat. Museum. Objek wisata terakhir yang kita kunjungi. Sebelum nyampai di Museum, diperjalanan ada tarian topeng. ga sempat lihat secara full sih, cuma udah males aja.. haha.. Soalnya acaranya juga sepertinya biasa saja. Adat Jawa yang aku tidak menangkap Islami nya... Yo wes, lanjut perjalanan... hehehe.. dan lagi aku lupa nama museumnya apaan. Nah, karena kita sudah sore banget nyampe museum, museumnya udah tutup. Tapi, kalau tau ada tempat bagus kayak begini, mending kesini aja dulu pas pertama kali ya.. hahay. Museumnya sih katanya Ratna juga isinya kumpulan arca-arca doang, tapi di luar museum, widiiih, indahnya.. Banyak bunga merah kuning hijau... Pemandangan pun lepas ke bawah perbukitan... Subhanallah.. Ternyata alamMU memang indah Ya Rabb.. ^_^ ^_^

Last Object.. Museum...

Rencananya sebelum pulang, kita mau nyari makan dulu, tapi setelah ada sedikit miss-communicate dengan pak Sugi, akhirnya kita berburu bus pulang ke Wonosobo. Kita diantar sampai bis ke Alun-alun. Sepertinya memang harus penuh sesak dulu, baru bis ini akan jalan. Kasian R, dia tinggi, bisnya kecil, kita ga kebagian tempat duduk, jadi dia berdiri dengan kepala di tekuk.. xixixi.. "potong aja kepalanya R... ", senda gurau di tengah kesalnya lihat si kenek.. Nyampai alun-alun, kita pun naik angkot ke terminal. Tak ada beda dengan bis. Angkot ini pun sama parahnya. Manusia di susun sarden di dalam angkot ini. Malah pake bangku cadangan segala. Kalau penumpangnya jatuh gimana??? ckckck. Sesampai di terminal, kita pesan tiket, sedikit cuci-cuci atau membuang yang perlu di buang ke toilet, dan R berniat untuk makan. Tapi keburu bisnya jalan. akhirnya makanannya di bungkus. Lain halnya dengan T, karena tidak sempat, T beli makanan di saat bis menjemput di cabang terminal lainnya.. hahay... *para cowok makannya buanyak... :p

Oya, pulangnya kita naik bis Dieng ...mm... Dieng apa namanya ya?? waduuuh,, ingatan udah parah banget kayaknya nih... Kita ngambil bis ekonomi Rp 75.000,-. Untungnya kita tidak ngambil yang AC, karena di tengah perjalanan bis yang AC rusak, dan penumpang di pindahkan ke bis ekonomi... Kejadian ajaib lainnya yang terjadi di bis ekonomi ini adalah, motor ampe masuk ke atas bis ini. Bukannya di taruh di bagasi lho,, di belakang, di bagian yang kosong kursi penumpang. Hebat!!! Dan, bis ekonomi ini, ngebutnya ampuuuuuuun.. Tidur ga enak, karena setiap kali bisnya ngerem mendadak atau si kondekturnya teriak histeris. Weleh-weleh mana duduknya paling depan.. Hahaha.. :D

Tapi perjalanan ini insyaAllah tidak sia-sia. Semoga perjalanan berikutnya bisa lebih bermanfaat.. Alhamdulillah, terimakasih Ya Rabb, Engkau izinkan aku melihat ciptaan alam-Mu yang lainnya... :) :)

Dan.. alhamdulillah cerita ini rilis juga setelah beberapa hari tertunda. Ok, mo ngabuburit dulu ah.. Cari pabukoan.. See you On The Next Story.. Selamat berbuka puasa.. ^_^ ^_^


Great Journey!!! :) :)