Sunday 30 September 2012

Anak Zaman Sekarang Vs Anak Zaman Dahulu

Di saat anak-anak zaman dahulu masih bermain gundu, petak umpet, kelereng, anak-anak zaman sekarang malah sudah melakukan permainan itu dengan menggunakan sebuah layar handphone atau layar laptop atau layar televisi.

Perkembangan zaman, membuat semuanya lebih simple, lebih cepat, lebih efektif, tapi menurutku ini bukan sebuah perkembangan yang patut dibanggakan. Apalagi terhadap psikologis anak yang dewasa sebelum waktunya, kurang sosialisasi, tubuh kurang bergerak, belajar juga ogah-ogahan.

Elektronik kadang membuat kita manja dengan segala kemudahan yang ditawarkannya. Ok, bagi orang-orang yang sudah berumur, mungkin ini bisa membantu, karena memang membutuhkannya. Akan tetapi zaman sekarang, yang menggunakan kemudahan ini tidak hanya orang dewasa, tapi juga anak-anak di bawah umur.

Kelas 4 SD saja sudah punya handphone. sebagian dari orang tua memberikan mereka mungkin maksudnya untuk mempermudah komunikasi, jikalau, nanti pulang sekolah dijemput, atau kalau pulang telat, main di rumah temannya, dan sebagainya dan seterusnya, dan lain-lain. Tapi ada juga sebagian orang tua yang membelikan "kemudahan" ini tidak tanggung-tanggung. Entah terlalu kaya, atau ingin membahagiakan anaknya, atau terlalu mengikuti perkembangan zaman. Mereka membelikan barang mewah ini dan memberikan kepercayaan sepenuhnya (tanpa di awasi) kepada anak mereka. Dan tidak herankan kalau ternyata berita-berita di media sekarang ada yang melaporkan "ada anak yang candu akan tontonan tak pantas bagi umurnya".. Astaghfirullah...

Lagi-lagi, "Mau jadi apa negeri ini, kalau anak-anak negara ini dididik dengan yang tidak-tidak!!!"

Cerita ini terinspirasi dari seseorang. Hm... seorang anak bernama Agna. Anak Kalimantan, sekarang sudah kelas 6 SD. Kita kenalannya sejak dia masih duduk di kelas 4 SD. Agna ngotak-ngatik nomor handphone, dan sampailah dia menemukan nomor handphone ku (nomor handphone ku ternyata acak banget, sampai2 banyak yang nyasar ga jelas dan selalu beralasan "iseng ngotak-ngatik nomor handphone" +,+)

Alhamdulillah kita masih berkomunikasi dengan baik sampai saat ini. Tapi, satu hal yang ku prihatinkan... Agna terlalu mengikuti perkembangan zaman. Sepertinya dia kesepian atau apaaaaa gitu, ga tau juga. Dulu waktu baru kenal, dia sering nelp (pulsanya dari mana??? +,+)

Lanjut, komunikasi berlanjut terus, kita mulai beralih ke sms-an, karena aku ga enak hati, kalau dia nelp terus. Selain aku merasa terganggu karena ditelp ga jelas (hehe :p), aku juga kasian, pulsanya habis berapaaaaaaaa???? +,+

Setelah keasyikan sms-an, sepertinya Agna menemukan mainan baru, dia mulai otak-atik hpnya, dan mulai berbagi foto... ngirim foto dia, ngirim foto kucingnya... walaaaaaah... MMS kan ga semurah sms-an (perhitungan banget sih pi??? hehe :p). Kasian orang tuanya... 

Dan sekarang, dia sudah menjadi teman facebook-ku. Tahukah kamu??? statusnya berasal dari Blackberry!!! Wadooooh.. anak kelas 6 SD, sudah dibelikan barang begonoan, dan tahukah kamu juga??? statusnya :


Kau katakan baby you are my lovely 
Jngan jangan kamu punya stock └åƍi 
Ku ƍäª mau terus kamu bohongi 
Bisa bisa aku ƍäª tahan └åƍi ..

Blink - ƍäª tahan lagi
Like ·  ·  · 35 minutes ago via BlackBerry · 





Hiks... menyedihkan. Anak kelas 6 SD, kata-katanya sudah seperti itu.. Opi waktu masih kelas 6 SD masih main karet, lompat-lompat, masih mainnya boneka, tapi, Agna, mainnya udah handphone, kata-katanya udah "lovely".. ndeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeh.. +,+

satu lagi inspirasi tulisan ini adalah kenalan dari teman. Dia benar-benar royal dengan duit dari papanya... Setelah semua skripsi dan persiapan wisudanya selesai, dia traktir sana traktir sini, foya-foya bersama teman-teman, di saat papanya berharap "ngumpul dulu lah sama papa, sama mama,,,,," 

Adikku ini malah jawab "sama papa mama kan ketemunya sering, ketemunya juga bisa tiap hari, lagian kalau abang ngumpul dengan keluarga, pasti yang diomongin masalah kerjaan. Abang masih pusing pa..."

Hm.. kalau Opi jadi orang tuanya, mungkin bakalan sedih banget. Tapi tidak bisa disalahkan sepenuhnya juga. Adikku yang satu ini kadang suka berontak, dan ujung-ujungnya di saat kuliahnya mulai berantakan, dia merunut kembali ke kejadian masa lampau. Dulu dia pengeeeen banget kuliah di Biologi, ingin jadi peneliti. Udah lulus di UI, tapi malah di paksa kuliah perminyakan di Trisakti. Hm.. yah... serba salah juga... Didikan orang tua yang terlalu memaksakan kehendak, membuat anak tidak nyaman dengan kehidupannya. ckckck +,+

Kembali ke topik awal... Jadi, ceritanya adikku yang satu ini, traktir2.. dan sampailah giliranku. Dia traktir makan Sushi, ga nanggung2. trus, traktir nonton.. Beuh... Cuma bisa berharap.. Mudah-mudahan dia dapat kerjaan secepatnya dan bisa jadi kebanggaan orang tuanya kelak.. Aamiin.. 

just can sigh *hhhhh... :|




No comments:

Post a Comment