Wednesday 25 April 2012

Uang Menentukan Kwalitas???



Sebuah perkataan seorang dokter terlantun sebagai pengamat dari sebuah kejadian di Indonesia pada saat sekarang ini. Sebagai contoh, salah satu obat dengan harga murah atau disubsidi untuk rakyat miskin ternyata mempunyai kwalitas “KW” dibandingkan dengan obat yang harganya mahal. Subsidi pun ternyata tidak memberikan solusi yang berarti bagi rakyat miskin.

Memang benar, obat yang kwalitasnya bagus dan sangat baik itu, penemuannya dan proses penelitiannya pun sangat panjang dan menggunakan uang yang tidak sedikit. Tapi, kalau memang obat yang ditemukan tersebut memang efektif dan bisa menyembuhkan penyakit - khususnya obat-obat bagi penyakit yang sering melanda rakyat miskin – kenapa musti dihargai begitu mahal untuk rakyat sendiri??? Atau kenapa musti ada kwalitas barang yang “KW” yang diedarkan untuk rakyat sendiri??? Bukankah kita hidup di dunia ini untuk beribadah kepadaNYA??? Kwalitas barang “KW”, apalagi menyangkut kesehatan seseorang, apakah ini patut dihargai??? Apalagi menimbulkan efek samping kelak bagi si pasien???

Tidak dipungkiri juga kita hidup di dunia ini, butuh uang, tapi dilihat dari penelitian-penelitian yang menghasilkan obat yang mahal-mahal tersebut, apakah patut dibanggakan kalau kita akan kaya dengan menjual obat yang mahal tadi??? Saya pernah mendengar sebuah alat untuk pengobatan penyakit jantung bawaan, harganya sampai 1 milyar!!! Bersenang-senang di atas penderitaan orang lain??? Bolehkah dibilang begitu???

Sangat sulit mendapatkan manusia yang benar-benar melakukan sesuatu tanpa pamrih di zaman sekarang.  Kita lihat saja dalam ruang lingkup Indonesia. Saya sangat kaget mendengar kata-kata tersebut tadi siang. “Obat yang harganya murah belum tentu dapat menyembuhkan penyakit dengan baik”. Astaghfirullah...
Makanya saya sering tidak percaya dengan dokter, dan saya sangat jarang pergi berobat ke dokter. Karena mereka juga manusia. Sepintar-pintarnya mereka, dalam otak mereka juga ada “uang”. Dan mereka juga pernah melakukan kesalahan. Contohnya saja beberapa dokter di RSCM, mendiagnosis suatu penyakit terkesan asal-asalan??? Maaf kalau maknanya jadi meluas. Tidak semua dokter juga yang seperti demikian. Masih ada beberapa yang juga mengabdikan dirinya dengan tulus. Tapi dilihat secara global, begitulah adanya.

Uang Menentukan Kwalitas
Beralih dari masalah obat, sekarang mari melihat tentang penelitian di Indonesia. Hari ini saya mengikuti sebuah, hm, boleh dikatakan seminar??? Atau sejenisnyalah. Bagus, semua penelitiannya bagus-bagus. Tapi apa hasilnya??? Adakah yang benar-benar bisa mensejahterakan rakyat Indonesia??? TIDAK!!! Lagi-lagi, ini masalah UANG!!! Uang, dana untuk mengaplikasikan penelitian tersebut memang sangat susah dicari. Terkait dengan politikkah? Atau apalah namanya!!!

Saya pun mengamati, para dosen-dosen disini, berlomba-lomba untuk menemukan bahan penelitian baru, membuat proposal, supaya mendapat “HIBAH” dari DIKTI. Bagus, memang bagus, berarti ada penyelesaian dari permasalahan di negara ini. Tapi, tahukah anda??? Dana hibah itu tidak sepenuhnya untuk penelitian, malah kelebihan dana tersebut, dikantongi. Ok, kalau hanya beberapa bagian, anggap saja untuk upah dari kerja keras untuk meneliti. Tapi, ada juga sebagian yang mendapatkan lebih banyak daripada nilai dana yang digunakan untuk penelitian.

Dan mereka pun berlomba-lomba untuk memecahkan permasalahan, tanpa ada pengaplikasian. Buat apa terus meneliti, kalau tidak ada pengaplikasian ilmu dalam masyarakat??? Buat apa meneliti canggih-canggih (sampai-sampai saya tidak paham dengan berbagai istilah yang begitu sulitnya dipahami saking detailnya sebuah penelitian tersebut), kalau masyarakat yang sakit terus berkembang dan bertambah jumlahnya???

Apa sesungguhnya dibalik semua ini??? Mau diapakan semua ini??? *jadi bingung sendiri... :o

No comments:

Post a Comment