Thursday 24 January 2013

Turki


Lagi enak-enak tidur siang, digangguin sama sms seseorang yang request ngeshare tentang sesuatu about Turki. Antara ada dan tiada, fikiran jadi flashback ke kejadian tadi pagi. Tadi pagi, selesai beres-beres, tongkrongin fb, dan disapa oleh salah satu karib dari belahan dunia sebelah sana. Turki. Awalnya hanya sapaan biasa saja. Kemudian, sambil chating, aku mengambil sepiring nasi dan lauknya, dan menawarkan/berbasa basi kepada sang karib untuk makan. Dan mulailah kita membahas tentang makanan Turki yakni "kebab". 

Sang karib menjelaskan dengan bahasanya yang berbelit-belit, bahwasanya kebab yang kita kenal di Indonesia itu sebenarnya bukanlah kebab tapi doner. Bedanya apa? si karib menjelaskan bahwa kebab itu sistem pengolahannya "manggal" sedangkan doner sistem pengolahannya seperti yang kita lihat di Indonesia. Sempat terjadi perdebatan yang tidak jelas pagi itu, tentang kebab dan doner. Si karib menjelaskan sekuat tenaganya tentang perbedaan kebab dengan doner. Aku bingungnya tentang kata "manggal", tapi si karib malah menyangka aku bingung di bagian "doner". Jadi aku searching sendiri. Dan kembalilah jalan-jalan di blog orang. 


Salah satu blog menjelaskan alakadarnya tentang kebab dan doner, tidak terlalu puas dengan jawabannya, aku kembali searching dan sampailah di suatu blog seorang mahasiswa Turki (yang sepertinya juga berasal dari Indonesia). Kalau mau lebih puas tentang infonya seperti apa, silahkan jalan-jalan ke blognya Arsyil (just click his name on this story).


Jadi, perbedaan kebab dengan doner itu adalah dari segi proses pengolahan dagingnya. Kebab itu dagingnya diproses seperti memanggang barbeque dan doner itu diolah atau dipanggang dagingnya dengan diputar di atas api. Hm... bagusnya ada gambar biar jelas, sebentar, aku searching gambarnya dulu.. :p

Nah, ini contoh pengolahan doner.....


Wiii,, jadi ngiler lagi liat-liat gambar kebab, ops... doner lebih tepatnya... udah berasa di mulut... nyam.. nyam.. 

Ok, itulah perbedaan kebab dengan doner yang aku pahami. Jalan-jalan di blog si Arsyil, ada sesuatu yang baru ku ketahui. Aku kira Turki itu adalah negara yang Islam banget. Agak terkaget-kaget membaca tulisannya. Seperti aku terkaget-kaget mengetahui fakta tentang Arab. Dulu waktu kecil, aku mengira Arab itu juga kota Islam yang sangat Islam, tapi, yaah, namanya juga masih kecil, aku terkaget-kaget kalau di Arab itu juga ada agama lain.. hehe :p

Tapi, sepertinya kekagetanku kali ini lebih "high quality"... Ya, di Turki memang banyak orang Islam, tapi kehidupan mereka tidak se"islam" yang aku bayangkan. Ku utarakan kekagetanku kepada si karib yang sedang menuntut ilmu di sana. Si karib malah lebih memperjelas. 

Silahkan di baca sedikit percakapan kita di pagi hari.. (pukul 07.00 di Indonesia = pukul 03.00 di Turki)
A = Aku
K = Karib

  • A : 
    ternyata turki itu tidak se"islam" yang dikira ya? sabaleh duo baleh jo jakarta bantuaknyo. *hasil baca blog si mahasiswa turki, pada shalat jumat kegiatan belajar mengajar masih berlangsung


  • K: 
    itu baru seberapa tu nek. baco sejarah kemal attaturk nek. nyo melarang azan. menutup madrasah. mushala berubah fungsi jadi kandang sapi. baru duo tahun belakangan di izinkan berjilbab di kampus. org islam sibuk pado pulang kampuang pas menjelang tahun baru untuak merayakan crishmast. pd hal islam. tukar2 kado pulo kyak kristen. pakai topi merah santa. iyolah lawak


Hm... Ternyata ke-Islam-an di Turki belum semaju di Indonesia. *walau Indonesia masih belum bisa dikatakan "maju" sepenuhnya tentang Islam.

Tertarik, kusikat habis, bacaan di blognya si Arsyi...

Belajar bahasa Turki, membuatku teringat kembali pada pelajaran bahasa Arab dan Bahasa Prancis-ku. Penggunaan lar/ler. Turki, sesuatu yang benar-benar baru bagiku. Bahasanya, kebudayaannya, tulisannya. 
Aku sempat bertanya juga sedikit tentang bahasa Turki kepada karibku itu. Dan kembali terjadi diskusi yang menarik tentang penggunaan lar/ler. Kalau pada bahasa Arab, pada kata benda yang berjenis kelamin perempuan, ditambahkan "ta marbutah" di akhir katanya, sama juga halnya dengan bahasa Prancis, pada kata benda yang berjenis kelamin perempuan, akan dibubuhi "la" pada awal katanya. Ketiga bahasa ini sama, sama-sama menggunakan suatu imbuhan untuk membedakan laki-laki dan perempuan. Bedanya, pada bahasa Turki, lar/ler ini digunakan untuk "jamak = jumlah yang lebih dari satu (banyak)".

Karena sang "kakek cangkul" request tentang sesuatu yang berbau Turki, lets we learn about this country...
Kakek cangkul, adalah seorang tamatan jurusan politik *kok jadi ngebahas kakek cangkul??? hehe :p
Ada hubungannya kok, karena kakek cangkul berlatar belakang politik, jadi mari kita bahas sedikit tentang politik Turki.

Heleuh, searching tentang politik Turki malah jadi belajar "kewarganegaraan" lagi...
Ok, ini yang aku dapatkan. Turki itu adalah negara parlementer. {Wiii.. benar-benar kembali ke zaman SMA nih... hayooo pi, parlementer sistem pemerintahan yang seperti apa? hehe :p}
Benar-benar sesuatu yang baru. Negara-negara lain masih tidak aneh untuk dibahas, terkadang juga melihat perkembangan negerinya seperti apa, Amerika, China, Jepang, Brunei, mereka dengan presidennya dan sistem kekerajaannya masih "wajar" di benakku. Tapi, Turki??? lebih tertariknya ketika membaca negara ini memang 99,8% penduduknya adalah Islam. Tapi bagaimana dengan kebudayaan Islam mereka sendiri.

Let's searching again....
Hm.. memang benar, dugaanku sebelumnya tentang turki yang identik dengan Islam adalah hal yang wajar, karena memang dahulunya, negara ini sempat menjadi negara Islam sebelum menjadi Republik Turki dan kemudian di bawah pimpinan Ataturk, negara ini menjadi negara yang sekuler dan demokratis. Satu sisi pemerintahannya bagus, satu sisi, terkesan menentang Islam??? hm... bicara politik memang tidak ada habisnya.. Kita ganti topik yang lain saja ya. *berbicara politik membuatku unmood again (jangan sampai tulisan ini tidak selesai dan hanya menjadi draft yang entah kapan akan diselesaikan)

Topik yang indah-indah saja. ok. Topik menarik dan bisa jadi pembelajaran. Berasal dari salah satu blog yang di tulis oleh Ahmad Faris. Tentang kebiasaan dan cara menyeduh teh ala orang Turki. Sedikit aku kutip tentang tulisannya :

"Tempat mendidihkan teh di Turki selalu dua tempat. Bagian bawah untuk air putih panas, bagian atas yang sudah dicampur dengan teh yang pekat sebagai induknya. Pada saat menuangkan ke gelas, mereka menuangkan induk teh yang pekat itu dulu sesuai selera tamu, lalu dicampur dengan air panas biasa tadi. Jadi ukuran kepekatan teh sangat fleksibel pada masing-masing orang.


Semua orang merasa senang karena teh untuk mereka sesuai dengan keinginan. Inilah pesannya, selagi tidak mengorbankan prinsip, kita boleh bahkan dituntut untuk klarifikasi sikap. Lentur dalam bergaul, dan cerdas dalam berhadapan dengan beragam karakter orang. Jika bergaul dengan orang penakut, jangan kau takut-takuti. Jika dia pemarah, jangan buat dia tersulut emosinya. Jika temanmu agak malas, jangan diperintah-perintah. Jika dia orang yang pemalu, jangan melakukan hal yang membuatnya risih. Jika dia begini, kau jangan begitu. Sekali lagi, ini bukan berarti kita tidak punya prinsip. Tapi bagaimana kita bersikap kepada seseorang adalah ukuran kecerdasan sosial seseorang. Kita tetap harus mengingatkannya di saat lupa dan mengatakan tidak untuk hal yang mencelakakannya. Tapi soal cara dan rasa, tiap orang itu beda. Sebab, ada yang suka teh yang kelat pekat, ada yang suka teh yang muda."


Wiiisssh.. great referensi. Nemu blog bagus lagi nih. Namanya Jhon Erickson Ginting??? *Aku sampai copy paste namanya, tidak langsung mengetik ulang. Namanya agak, gimanaa gitu.. hehe :p 

Ternyata memang ada keanehan di negara "Islam" yang satu ini. Generasi tuanya mungkin masih menganut Islam dengan baik, tapi, generasi mudanya sudah sangat jauuuuuuuuuuuuuuuuh meninggalkan kebiasaan "Islam"nya... Ramadhan, tidak melakukan puasa, Lebaran tidak ada silaturrahim. Setelah baca blog dari karyawan minyak ini, aku menyimpulkan, Turki adalah negara dengan penduduk yang masih "kolot".. Sorry... Tapi kalau di Indonesia, orang-orang yang seperti mereka digolongkan ke dalam kategori tersebut. Ada hal unik yang aku ingin kutip dari blog si JEG (Jhon Erickson Ginting).

"Aku sempat tinggal di Ankara Turki karena urusan kerja tahun 2007. Tak banyak yang kutahu soal kota ini sebelumnya. Ketika aku pertama kali mendarat ke kota ini aku dibuat tersenyum ketika orang bertepuk tangan setelah pendaratan sukses dilakukan. Seumur-umur naik pesawat belum pernah ada yang tepuk tangan setelah mendarat. Baru ini aku mengalaminya. Padahal pesawat Austrian Air yang kutumpangi transit di Vienna, artinya orang-orang Turki di dalam pesawat bisa dikatakan orang-orang yang punya duit. Kok, kayak penonton film India yang selalu tepuk tangan kalau jagoannya muncul?"

Kutipan lainnya:


"Penduduk Ankara bisa dikatakan seliberal orang Eropa terutama anak mudanya. Orang yang lebih tua mungkin masih ada yang konservatif tetapi aku tidak melihatnya diantara teman kerjaku. Hal yang menurutku sedikit aneh ketika aku berkunjung ke sebuah mesjid yang cukup megah. Aku sedikit terkejut dengan isi masjid karena di lantai pertama ada shopping mall. Baru kali ini aku lihat masjid yang lantai dasarnya dipakai sebagai shopping mall. Temanku orang Turki menjelaskan kepadaku bahwa harga tanah yang mahal membuat orang di Ankara memanfaatkan space yang ada. Banyak masjid akhirnya menjadikan lantai pertama sebagai shopping mall dan lantai dua sebagai ruang sembahyang.

Aku sempat dimarahi teman kerjaku yang orang Turki gara-gara aku bertanya apakah mereka orang Arab. Maklumlah, aku selalu melihat mereka saling cium terutama kaum lelaki ketika bertemu. Aku bingung ketika dia marah dan berkata dengan sedikit teriak, “We are not Arab!!” Aku langsung meminta maaf karena ketidaktahuanku. Orang-orang Turki terutama generasi mudanya memang lebih senang bila dianggap orang Eropa. Sedangkan, generasi tuanya masih menganggap mereka bagian dari Asia. Sudah banyak bangsa yang memang pernah berkuasa di Turki. Menurut salah satu teman kerjaku yang cukup bijaksana, orang Turki adalah campuran Mongol, Arab, dan juga Eropa (Armenia dan Yunani) selain orang Turki sendiri. Memang tak sulit untuk mendapatkan orang Turki yang bermata sipit seperti Mongol dan bertampang bule atau Arab."


Bangga menjadi bangsa lain, dan marah ketika dikatakan seperti orang Arab??? hm... sesuatu yang benar-benar aneh...

Ok, untuk hari ini, mungkin hanya itu yang bisa aku sampaikan tentang Turki (karena sudah eneg ternyata Turki tidak seindah yang dibayangkan). Untuk tahu lebih lanjut tentang Turki, silahkan searching sendiri ya, mbah google selalu setia setiap saat, dan mungkin aku tidak akan membahas tentang Turki lagi di blog ini.

Kesimpulanku tentang Turki adalah NEGARA LABIL!!! ckckck :|


4 comments:

  1. Banyak komentar nih kayaknya..
    1. (sampe dinomorin sgala) pengen keturki jadinya
    2. pengen coba yang namanya doner ama kebab *hehe belum pernah nyoba
    3. "sabaleh duo baleh jo jakarta bantuakny" itu kayak bahasa kampung saya :)
    4. oh... jadi begitu turki, baru tau
    5. Wah, itu ada yang namanya request"an, request tentang brunei dong,.. haha, ngebet banget nyari tau tntang negara itu, yang pembahasannya ga kayak wikipedia, kayak gini
    6. Komback dan jalan" ke blog saya juga ya :)
    7. Hehe
    8. Makasih :)

    ReplyDelete
  2. hahaha.. Ipad juga orang minang??? point nomor 3 itu bahasa minang. hehehe... opi udah jalan-jalan dan sudah meninggalkan jejak juga di blognya mas rahmat fadli.. kampungnya emang di mana mas? i didn't find your full profil... brunei??? hm... tulis ga ya??? posting ga ya??? :p

    ReplyDelete
  3. ok ok.. salam kenal ipad... i have found your profil... payakumbuah kironyo.. opi urang bukik... ^_^ ^_^

    ReplyDelete
  4. haha, hebat mah, wak payakumbuah "ƪ(˘⌣˘)┐"ƪ(˘⌣˘)ʃ" ┌(˘⌣˘)ʃ"

    ReplyDelete